HAPPY READING! ^^
***********
"Tiup lilinnya.. Tiup lilinnya.. Tiup lilinnya sekarang juga.. Sekarang juga.. Sekarang juga.."
"Ayo make a wish dulu sayang :)"
-
'Fuuuuuh :)'
"Yeeee :D" *prok prok pork*
Aku mulai memotongi bagian demi bagian dari kue blackforest besar dihadapanku.
Potongan pertama..
'Mana dia?' Tanyaku celingukan.
Mama yang menyadari aku tengah mencari seseorang, mencoba bertanya.
"Kenapa sayang? :) Ayo kue pertama buat siapa?"
"Hehe ini buat mama dong {}" Jawabku yang langsung memeluk sang mama.
***
Sekitar pukul 10 acara selesai. Aku pun segera beristirahat. Menidurkan otot-otot yang sedari pagi harus aku pekerjakan, untuk acara malam tadi.
"Hei :) Malaaaaam. Gimana hari ini? Happy birthday ya! Ga bisa ngerayain bareng :( Tapi aku yakin, kamu ikut ngerayain walau jauuuuh diatas sana :) Tunggu aku ya.." Akupun menutup bingkai foto digenggaman tanganku. Tak ingin bayang-bayangnya terus memutari seluruh bagian otakku.
-------------
1 Desember 2008, 08.34.
-
"Haha bikin gosip aja terussss. Padahal mau juga enggak wkwk :p"
"Haha biarin :p Kan sama-sama lagi jomblo"
"Lah terus kalo sama-sama jomblo harus ngapain?"
"Pe Apa Ce Aca Er Ara En! PACARAN! :p"
"Ky-_- Gue udah bilang berapa kali? Jangan pasang-pasangin gue sama DIA!" Aku membentaknya. Untuk kali ini, aku benar-benar membentaknya.
"Hehe becanda cintaaak :p eh cantiiik :)"
"Jangan pernah nyebut nama dia, didepan gue lagi! Atau lo yang jangan deket-deket gue lagi!" Ucapku lalu pergi. Ia sempat menahan, bahkan mengejarku. Tapi aku selalu tidak suka ketika ia menyebut nama seseorang itu lagi, lagi dan lagi.
***
"Sha.. Shasha jangan ngambek lagi dong. Nih gue bawain cokelat kesukaan lo :)"
Aku diam.
"Sha?"
"Siaaaang anak-anak. Bagaimana liburan kalian? Sudah selesai kah tugas-tugas kalian?"
Hhh suara Ibu Wanda membuyarkan pikiranku. Sebenarnya aku iba pada Dicky. Sahabatku. Tapi apa salahnya, aku hanya sekedar memberi ia peringatan. Tidak lebih.
***
7 Februari 2009, 09.11.
-
"Hehe seneng deh udah baikan sama lo. Janji deh ga nyebut dia lagi. Tapi emang kenapa sih Sha? Kenapa lo segitu bencinya sama dia?" Tanya Dicky lewat sms. Ternyata aku tidak mampu berdiam diri darinya. Sosok yang selalu menyemangatiku. Yang selalu membuat senyumku ikut mengembang, lewat semua candaannya.
"KY! KITA BARU AJA BAIKAN YA! GUE KAN UDAH BILANG JANGAN BAHAS ITU LAGI! NGERTI GA SIH?!" Balasku dengan sedikit kasar. Jujur, ini bukanlah sifat asliku. Selalu membentak, selalu marah. Sangat bertolak belakang denganku.
***
"Sha, seminggu lagi ulang tahun gue. Ulang tahun kita. Kalo lo terus kayak gini ke gue, gue ga tau harus apa lagi Sha. Gue pengen kayak dulu. Seharian sama lo, buat harapan-harapan kita buat kedepannya. Lo udah bosen ya?"
Apa ini? Kata-kata ini.. Errrgh! Betapa egoisnya aku! Terbawa ke lautan emosi, yang sangat tidak ada artinya. Kata-kata ini.. Seperti sebuah tamparan keras untukku. Maaf Dicky :'(
***
13 Februari 2009, 23.59.
"Happy birthday to you! Happy birthday to you! Happy birthday.. Happy birthday.. Happy birthday Shasha :D Yeeee happy sweet seventeen Shasha kuwh~ Tiup lilinnya dong.. Eh eh jangan lupa make a wish ya. Harapan gue tetep kayak dulu. Pengen sejauh apapun jarak kita, ga akan bisa misahin kita :) Maaf ya Sha ga bisa dateng langsung dan dapet potongan kue pertama lo. Biasa orang penting, jadi sibuk. Hehe kadonya nyusul ya Sha. Tetep semangat! Gue bakal cepet pulang! Waiting for meeee. Muach :* haha"
Aku segera menghapus air mata yang sedari tadi membasahi kedua pipiku. Terharu melihat sahabatku, yang entah dimana.. Dengan rela membuatkan ku video ini. Tepat satu menit sebelum hari ulang tahun kita.
"Hiks.. Gue selalu nunggu lo Ky :') Cepet baliiiik :'(" Ujarku menatap layar handphone yang mulai meredup.
***
14 Februari 2009, 19.00.
"Yeaaaah happy sweet seventeen Shasha :)"
"Cepet cari pacar ya haha"
"Jangan kayak anak kecil lagi!"
"Sisain kue buat gue ya hihi :p"
Begitulah ucapan selamat dari sahabat-sahabatku. Terkecuali Dicky.
-Kring.. Kring.. Kring..-
"Iya.. Hallo?"
"Apa? Hehe enggak. Enggak mungkin. Dia lagi ga disana kok"
"Enggaaaaaak! Ga mungkin!"
"Oke.. Gue kesitu"
Aku terbelalak setelah menerima telepon dari Maya. Sahabat ku yang ikut menghilang bersama Dicky.
---
"Enggak May! Ini ga mungkin Dicky! Haha enggak! Enggak mungkin! Gaaaaaa mungkin! :'(:'("
"Sha, tenang.. Tenang.. Lo harus ikhlas. Dia emang harus pergi Sha. Kita ga bisa larang :'("
"Tapi May dia... :'(:'(" Tangisku dipelukan Maya.
"Cupcup.. :') Jangan jadi down gini ah. Tadi Dicky titip ini"
Aku menerima selembar kertas darinya. Membukanya dan membacanya.
"Hah? Apa? Dickyyyyyyyyy! Bangun Ky! Kita belom sempet tiup lilin bareng kan! Belom ngerayain Valentine bareng! :'( Bangun Kyyyy! Gue yakin lo denger! Ayo bangun Ky!" Tangisku makin menjadi setelah membaca surat itu. Aku menggerak-gerakkan tubuh kakunya. Tuhan, aku harap ini mimpi :'(
***
15 Februari 2009, 09.00.
Aku duduk termenung didepan makamnya. Masih sangat tidak percaya. Video itu.. Video terakhir untukku. Dan kata-kata itu, kata-kata terakhirnya padaku. Tangisku tak mampu keluar lagi. Terlalu banyak aku membuangnya semalaman mungkin. Setelah pemakaman itu, aku seakan tidak ingin meninggalkannya sendiri. Aku tertidur diatas tumpukan tanah merah yang tersiram ratusan kembang.
-
"Hhh jam berapa nih?" 2 jam lebih kiranya aku tertidur. Memandangi sekitar pemakaman. Sepi sunyi..
*Ssst*
'Bayangan itu? Dicky kah?' Tanyaku dalam hati seraya mengejar.
"Dicky! Dicky! Gue tau itu lo. Tunggu gue!"
"Dicky?!" Panggilku ketika sudah berada dihadapan pria yang amat sangat mirip dengan Dicky ini.
"Dicky? Beneran kan ini lo? Gue tau lo ga kenapa-napa! Gue tau korban ledakan kemaren itu bukan lo! Jangan pergi lagi please Ky :'(" Ucapku memeluk erat pria ini.
"Uhuuuk.. Lo siapa sih? Main peluk-peluk aja! Gila ya?" Katanya sambil melepas pelukanku kasar. Aku sempat sedikit terlempar dan terjatuh.
"Dicky? Kenapa lo jadi kasar gini? Gue tau lo sakit hati. Tapi kali ini gue minta maaf :("
"Apa sih lo! Dicky-Dicky! Nama gue bukan Dicky tapi Angga! Denger ga lo?"
Aku terkesiap ditempat.
'Ga mungkin Dicky bisa sejahat ini sama gue :'( Oh God.. Kenapa harus ada dia?' Batinku.
"Ma.. Maaf :'( Hiks" Tangisku didepannya.
"Eh eh jangan nangis dong! Gu..gue ga bisa liat cewek nangis nih.. Eh bangun"
"Maaf.. maaf tadi gue kasar. Ayodong bangun"
Mendengar suaranya, hatiku seakan berkata 'Dia itu DICKY' tapi kenyataannya? Bukan :(
***
15 Maret 2009
"Sore Dicky ;) Liat nih gue bawain apa? Yaaaap! Apalagi kalo bukan yupi :D Sorry yah telat dateng, tadi ada pelajaran tambahan gitu. Ga marah kan? ;) Gimana disana? Udah sebulan aja nih lo pergi. Jan nakal-nakal disana! Dicubit Tuhan lho nanti :p Hehe gue balik dulu ya. Besok gue kesini lagi. Bye" Ucapku mencium nisan bertuliskan 'Dicky Muhammad Prasetya'
*bruuuk*
"Eh sorry" Kataku spontan.
"Elo lagi. Ngapain lo disini? Ngomong sendiri lagi. Ckck meragukan"
Aku bangun seraya merapikan pakaian ku.
"Maksud lo apa? Gue gila? Iya? Elo kali tuh yang gila! Manusia ga punya hati! Sombong! Ngesel..."
"Stoooooop! Gue ga mau berantem disini lagi sama lo! Gue ga mau nanti arwah cowok lo ini, ngedatengin gue! Gue pergi!" Kata cowok bernama Angga itu lalu pergi.
***
5 bulan kemudian...
"Loh? Ini apa Ky? Siapa yang ngirimin ini semua?" Aku terheran-heran melihat karangan ucapan selamat ulang tahun, ditambah puluhan kado disekitar makam Dicky.
***
12 September 2009, 15.32.
Dia menghilang. Setelah kejadian adanya karangan dan kado itu, Angga lenyap tanpa suara dan tanda. Tidak, aku tidak mencarinya. Aku hanya.. Ehm.. merindukan saat bertengkar dengannya. Walaupun selalu membuat darah ku naik, jujur.. Ia sesungguhnya sosok yang menyenangkan.
***
21 Oktober 2009, 16.00.
"Mas nasi gorengnya satu" Ucapku memesan makanan disalah satu warung makan langgananku. Tapi? Suara siapa yang memesan nasi goreng juga? Aku menoleh.
"Elo?" Ucap kami bersamaan.
-
"Kemana aja lo ngilang gitu aja" Tanyaku ditengah makan bersama yang tidak disengaja ini.
"Bukan urusan lo" Jawabnya seraya menyuapkan sesendok nasi goreng dihadapannya.
"Hhh ga berubah ya lo"
-
*breeeees*
"Yah.. Ujan lagi. Aduh gimana gue balik :/" Ujarku dengan tangan menengadah keatas meyakinkan hujan deras atau tidaknya. Angga masih ditempat, tanpa memperdulikan orang disekitarnya termasuk aku.
"Pulang bareng gue" Tawarnya seraya membuka jaket parasut yang ia pakai sejak tadi, dan menutupi kepalaku juga kepalanya.
"Hah?"
"Udah ayo, mumpung belom deres" Ia menarikku.
Kepala kami saling menempel kini. Untung saja jarak dari warung makan ke parkiran tidak terlalu jauh, sehingga jantungku tidak perlu memompa sekencang sekarang ini.
"Rumah lo dimana?" Tanyanya setelah kami sampai dimobil.
"Komplek mawar blok. A"
-
"Makasih" Ucapku sesampainya didepan rumah. Hujan memihak pada kami rupanya.
"Iya :)"
'Apa? Dia senyum? Ah kenapa gue ga liat jelas sih' Aku membatin.
***
30 November 2009, 13.15.
Ia menghilang lagi. Hhh, untuk kali ini aku tidak bisa membohongi perasaanku lagi, aku.. Merindukannya..
***
8 Desember 2009, 19.36.
"Taksiiii" Teriakku dari seberang jalan dan menghentikan taksi tersebut.
*clek*
"Loh? Eloooo?" Kata kami berbarengan.
"Lo ngikutin gue ya? Perasaan ketemu mulu!" Protes Angga yang ternyata berada didalam taksi yang sama.
"Ih geer lo! Sebenernya males ya gue ketemu lo mulu!" Elakku.
"Jangan boong, keliatan dari mata lo. Berhubung gue duluan yang masuk dan duduk ditaksi ini, mending lo cari taksi lain ya ;)"
"Heh? Apakah? Tapi kan gue yang berhenin taksi ini. Gue juga berhak dong!"
"Siapa cepat dia dapat!"
"Tp siapa panggil dia dapat!"
"Ih teori dari mana tuh? Pokoknya sekarang lo yang keluar!"
"Ga pake! Lo yang keluar!"
"Elo!"
"Lo!"
"Elooo!"
"Looo!"
"Stooooooop! Mas, mba.. Mau naik taksi saya ga? Kalo iya jangan ribut. Tentuin kita mau kemana"
"Ke Taman Mini" Ucap kami lagi-lagi bersamaan. Kami berpandangan satu sama lain. Lalu kembali membuang muka.
"Lo ngapain ke Taman Mini?" Tanyaku membuka percakapan selama perjalanan.
"Ketemu temen gue" Jawabnya.
"Kok? Sama? Lagi?" Ujarku heran. Dan berpaling menghadapnya.
-
Di Anjungan Rumah Adat tepatnya aku dan Angga berada.
"Hallo May.. Lo dimana? Gue udah ditempat kita ketemuan nih.. Cepet ya.. Bye" Aku menutup telepon Maya.
"Hallo.. Lo dimana? Cepet dong kesini. Udah malem nih.. Iya gpl!" Angga juga baru saja menutup teleponnya.
-
"Mayaaaaa akhirnya lo dateng juga"
"Lama banget sih lo May!"
Ucap ku mendekat ke Maya. Namun lagi-lagi Angga mengikutiku.
"Loh? Lo kenal dia May?"
"Lo sama Angsa eh Angga saling kenal?"
"Hehe cukup-cukup.. Kita duduk dulu yuk :)"
-
"Iya gue kenal sama Angga, Sha. Tadinya gue kira dengan adanya Angga, lo bisa ngelupain Dicky Sha. Tp gue sadar, seseorang yang sangat berarti buat kita, ga akan bisa tergantiin sama apapun itu :')" Jelas Maya setelah kami bicara panjang lebar.
Aku seakan memaku diriku sendiri.
"Emang Dicky itu siapa sih May?" Angga angkat bicara.
"Dicky itu..." Maya menggantung kalimatnya.
"Segalanya buat gue :(" Jawabku melanjutkan.
***
26 Januari 2010, 12.11.
Setelah pertemuanku dengan Angga dan Maya kemarin, aku jadi mengerti sifat Angga. Tidak, dia tidak seperti yang aku bayangkan pertama bertemu dengannya. Dia jauh lebih baik. Ya, itulah kenyataan.
-
"Sorry Ky :'( Gue masih belom bisa ketemuin lo sama Shasha. Sorry.. Gue cuma ga mau kalian dipertemukan dengan masalah yang dulu :( Sabar ya Ky" Ujar Maya didalam kamar rawat salah satu Rumah Sakit di Jakarta.
"Rrrgh.. Maya? Lo tadi panggil gue apa?" Tanya Angga ketika sadar.
Maya dengan sigap segera menghapus air matanya.
"Eh engga hehe udah bangun lo? Gimana? Masih pusing?" Maya berusaha menutupi.
"Udah.."
"Ehm.. Kalo gitu, gue cari makan dulu yaa. Kalo ada apa-apa, panggil dokter"
"Iya May.."
-
"Jadi berapa mba?" Tanyaku kepada kasir tempat aku membeli makanan.
"Sepuluh ribu mba"
"Ini, makasih :)"
-
Aku melihat seseorang yang tidak asing lagi bagiku. Itu.. Itu Maya kan? Aku mencoba mendekat. Ternyata benar.
"Maya? Lo kok disini?" Sapaku.
"Eh ehm Shasha. Iya lagi jengukin temen :) Iya temen"
"Ohehe masih lama ga? Balik bareng yuuk"
"Ehm entar deh Sha, gue masih ada urusan"
"Kalo gitu gue ikut lo ya?"
"Ehm.."
"Please May.. Gue males balik sendiri :(" Bujukku pada Maya.
"Iya deh :)"
"Makasih :*"
-
'Aduh.. Gimana ini? Gimana kalu Shasha tau. Angga dirawat disini. Errgh..' Batin Maya.
"Kenapa May?"
"Gapapa Sha hehe, gue masuk dulu ya"
"Gue ga diajak nih? :("
"Ehm.. Gue sebentar doang kok. Tunggu sini ya"
-
"Yuuk.. Bentaran kan?" Tanya Maya lega.
"Mayaaaaaaaaaa" Terdengar suara teriakan dari dalam kamar rawat itu.
Aku dan Maya menoleh.
'Suara itu?' Aku membatin sekaligus mengira-ngira.
"Itu siapa May? Kok suaranya..."
"Ehm gue kedalem dulu ya"
"Tunggu! Gue ikut!"
"Tapi.."
"Yaudah deh.." Akhirnya Maya membiarkan aku masuk. Kalau ia terus-terusan menghalangi aku untuk masuk, sepertinya ada yang ia sembunyikan.
Kamar itu lumayan luas. Ruang tamu dan kasur tempat pasien istirahat, dipisahkan dengan hordeng berwarna biru.
"Lo kenapa? Ada yang sakit? Kenapa teriak?" Tanya Maya tak sabaran.
"Enggak, gue laper May hehe"
"Hah? Dasar ya ini anak rakus ga ilang-ilang! Kirain gue lo sekarat-_-"
"Wah doain yang jelek yaa :("
"Haha enggak kok :p Bentar gue ambil"
Aku yang penasaran, siapa sebenarnya orang dibalik sana mencoba mendekat.
Membuka hordeng/tirai perlahan-lahan. Dan betapa terkejutnya aku ketika mendapati, seorang laki-laki disana.
"Elo? Ngapain disini?" Tanyanya ketika melihatku.
Maya pun sedikit terkejut melihat kami.
"May ikut gue!" Aku memaksanya untuk keluar kamar, agar tidak mengganggu pria itu.
-
"Jelasin ke gue! Siapa cowok didalem sana? Dia itu Angga.. Atau DICKY?!"
Maya diam menunduk.
"May? JAWAB! Gue ga butuh jawaban diem lo! Jawab please :'(" Air mataku mulai tak terkendali. Antara emosi dan merasa dipermainkan.
"Tenang Sha.."
"GIMANA MAU TENANG? LO GA BISA JELASIN KE GUE! SIAPA COWOK DIDALEM ITU!" Kataku sedikit membentak.
"Dia.. Dia.. Di.." Lagi-lagi Maya menggantung kalimatnya.
"Dicky :(" Lanjutnya dengan wajah yang sangat tidak ingin aku lihat.
"Dicky? :'''( Jadi.. Selama ini.. Dia.. Ga meninggal? Begitu May?" Aku tak sabar bertanya. Karena ribuan pertanyaan sedang memutari otakku. Sedangkan, kenyataan bilang aku tengah kecewa!
"I..Iya Sha :'( Tapi bisa gue jelasin! Please dengerin gue dulu" Mohonnya seraya memegangi kedua tanganku.
"Jelasin sekarang!" Pintaku sambil menahan air mata.
"Please jangan disini :'( Gue takut dia denger"
"Oke ditaman belakang!"
-
"Gue.. Jujur. Bukan gue yang rekayasa kecelakaan itu. Tapi itu murni kecelakaan. Dan pas itu juga, ada cowok selain Dicky. Dicky berhasil lolos karena sebelumnya, mobilnya mogok. Terpaksa dia harus naik angkot. Tapi ya begitulah.. Ledakannya terlalu besar. Belum sampe Dicky masuk angkot, dia udah kelempar ditrotoar jalan. Emang sama sekali ga lecet, tapi.."
"Tapi apa May? :''(" Kataku tak sabar.
"Tapi dia amnesia sebagian memorinya" Aku tersentak. Lagi-lagi kenyataan yang sama sekali aku tidak ingin alami.
"Selama ini dia dateng, menghilang, dateng itu.. Buat berobat Sha. Pas tubuhnya down dia inget semuanya. Dan sebaliknya, waktu tubuhnya sehat, dia lupa sama sekali semuanya. Itu sebabnya gue.. Ga tega nemuin lo. Gue takut waktu dia sehat, dia lupa segalanya sama lo. Begitupun gue. Gue harus dari awal save semua memori disaat disehat. Lo ngerti kan sekarang?" Jelas Maya. Aku masih diam. Mencoba mengerti..
"Jadi.. Angga itu Dicky, May? :(" Tanyaku sekali lagi untuk meyakinkan.
"Iya Sha.. Maafin gue ya :'(" Ucapnya yang segera memelukku.
Tanpa sadar, ternyata sedari tadi Dicky mengikuti kami dari belakang.
"Apa? Jadi? Gue udah ngelupain Shasha? Jahat banget gue! Errrrrgh" Kata Dicky mengacak-acak dan menarik-narik rambutnya. Seakan ia ingin melepas kekesalan pada dirinya sendiri. Tidak lama..
*bruuuk*
Aku dan Maya menoleh.
"Dicky?!" Teriakku.
Kami pun berlari ke arahnya.
***
10 Februari 2010, 08.25.
Ia masih tidak sadarkan diri. Kurang lebih 3 minggu lamanya ia terbaring di Rumah Sakit ini dengan bantuan alat-alat medis.
Miris rasanya.. Melihat seseorang yang dulu aku kenal sangat periang, manja, lucu, terbaring tak berdaya. Andai saja aku bisa menggantikannya untuk berada disana, aku rela :'(
"Ky.. :') Sembuh dong.. 4 hari lagi ulang tahun kita. Hari Valentine juga. Jadi ngedate sama gue ga? :D Ayo bangun! Gue udah siapin kejutan buat kita. Bangun ya! :D :'("
***
13 Februari 2010, 19.35.
Aku tak akan lelah menunggunya untuk sadar. Aku yakin Tuhan telah menggariskan hidup seseorang. Dan aku yakin, Tuhan tidak akan memanggil dia, sebelum semua harapannya terkabul.
"Besok hari apa Ky? :') Inget ga? Sadar dong. Liat nih gue bawa apa :) :'''(" Kataku seraya menunjukkan cupcake berbentuk stitch dengan hiasan yupi dipinggir-pinggirnya. Aku menaruhnya kembali, mungkin semua sia-sia :''( Mungkin ia lelah didunia. Aku menangis tertunduk.
"Hiks hiks.."
Aku merasakan usapan lembut dikepalaku. Dan segera mendongak.
"Dicky? Dicky? Lo udah sadar? Bentar ya gue panggilin dokter"
"Jangaan" Kata Dicky menahan tanganku. Ia menuntun ku untuk duduk kembali.
"Errgh.."
"Eh jangan bangun dulu Ky. Tiduran aja, jangan dipaksa"
"Maaf Sha :''(" Ucapnya memegangi tangan kananku.
"Maaf kenapa Ky?" Tanyaku mengumbar senyum kebahagiaan.
"Maaf gue.. Ngelupain lo :''( Sumpah gue ga ngerti sama semua yang gue alamin.. Lo ngerti kan? Lo ga marah kan?"
"Ssst..." Ucapku menutup mulut Dicky dengan telunjukku.
"Gue ga pernah marah sama lo. Liat lo sadar aja gue bersyukur banget :') Udah ya jangan khawatirin gue lagi. Masih pusing?"
":) Makasih Sha.. Lo emang the best :D Udah alhamdullillah.."
"Ini apa Sha?" Tanyanya ketika melihat cupcake dimeja.
"Buat lo hehe anggep aja itu kado gue buat lo" Jawabku.
"Ky.. Dicky.. Tenang, ga penting lo inget atau enggak. Yang penting buat gue sekarang. Lo sadar! Lo sembuh! :'(;)"
***
14 Februari 2010, 10.15.
Dicky telah pulih. Ia dirawat dirumah sekarang. Walaupun harus duduk diatas kursi roda, karena memang efek kekebalan tubuhnya, tidak mampu bertahan lama jika harus berdiri.
"Dickyyyyy :D" Sapa ku mendekati Dicky yang sedang duduk didepan air mancur taman rumahnya. Ia menoleh dan tersenyum.
"Lo cantik banget :)"
"Hehe makasih.. Ayuk jadi ga?"
"Kemana?"
"Ayo udaaah :D" Aku mendorong kursi rodanya, memasuki mobil.
-
'Waaaw romantis banget' Batin Dicky memandangi sekeliling cafe yang telah dirombak dengan segala yang berjenis Valentine.
Mulai dari meja berbentuk hati, dengan taplak berwarna merah bercampur pink. Kursi disediakan satu meja dua. Kolam renang penuh lilin berwarna merah, yang membentuk hati. Belum lagi ditambah ornamen dinding cafe yang sengaja berbentuk pahatan-pahatan indah. Music mengalun tanpa henti.
"Yang ini ya mas :)" Kata ku memberikan buku menu kepada pelayan cafe.
-
"Ky.. Dimakan dong :) Gasuka ya? :(" Tanyaku karena sejak tadi hanya melihat ia melamun.
"Hmm.. Suka kok. Tapi.. Kita ada hubungan apa ya? Ehm maksud gue, apa kita pacaran?"
Aku menghentikan kedua sendok dan garpu yang sedari tadi saling beradu.
'Pas dia sehat dia bakal lupa semuanya. Sebaliknya waktu dia sakit, dia inget semua memori hidupnya' Sekilas perkataan Maya terlintas difikiranku.
Aku menatapnya dalam-dalam. Seakan memohon padanya. Untuk ingat aku, hari ini saja :''(
Aku mencoba tersenyum, yang padahal hatiku benar-benar menangis.
"Kita.. hhft ga pacaran :) Cuma teman. Gue Shasha. Lo Dicky" Ucapku.
"Kalo gitu, kenapa lo ajak gue kesini? Dan kenapa lo nangis?" Tanyanya seraya menghapus air mataku. Aku menghindar.
"Gapapa tadi kelilipan aja. Gu.. gue ke toilet dulu ya :)"
-
"TUHAN GA ADIL! TUHAN GA PERNAH ADIL SAMA GUE!!! ERRRRRRRGH! KENAPA HARUS GUE YANG DIA LUPAIN? KENAPAAAA? :''( KENAPA GA TUHAN PANGGIL AJA GUE SEKALIAN! GUE GA AKAN PERNAH TAHAN KAYAK GINI. SESEORANG YANG GUE SAYANG, DENGAN MUDAH NGELUPAIN GUE! :''( ARRRRRRGH!"
*praaaaang!*
"Ada apaan nih?"
"Shasha? Ya Tuhan Shasha! Lo ngapain kayak gini? :''( Kenapa sama Dicky? Dia nyakiti lo?" Ucap Maya yang memang berada didekat sini, terkejut ketika mendengar suara kaca pecah dari kamar mandi.
"Dicky May hiks Dicky.. Hiks dia udah hhrg bener-bener ngelupain gue hiks" Jelasku terbata-bata bersamaan dengan tangisku.
"Iya gue ngerti Sha :''( Gue juga ngerasa hal yang sama kayak lo. Kehilangan Dicky yang dulu :''("
"Gue harus hiks gimana May? Apa jalannya emang gue hiks yang harus pergi? :''(" Kataku yang sudah berada didalam pelukan Maya.
"Ga! Lo ga boleh pergi! Kita mulai semuanya dari awal oke? Kita berjuang sama-sama!"
"Tapi May hiks apa bakalan berhasil?" Ujarku pesimis.
"Kita kan belum coba say :)"
":) Oke gue setuju!"
"Yaudah sekarang bangun yuk :) Biar gue suruh OB yang beresin kaca-kacanya"
"Makasih May. Lo sahabat gue yang paling ngerti keadaan gue :''( :') {}"
" :) "
***
6 Maret 2010, 14.23.
Walaupun semua harus dimulai dari awal lagi, aku akan tetap sabar. Apapun untukmu.
"Hati-hati disana ya Ky :) Jangan lama-lama! Inget, lo masih punya gue sama Maya di Indo :D"
"Iya jangan kepincut bule disana ya :p"
"Pastiii. Gue bakal kangen kalian. Thx bantuannya selama ini :)"
Kamipun berpelukan. Tepat didepan pintu keberangkatan Dicky. Ia harus menjalani pengobatan di Singapore. Ia janji tidak akan berlama-lama disana. Aku harap, ketika ulang tahun ku berikutnya, ia akan datang dan mengingatku sepenuuuuhnya :')
-------------
15 Februari 2012, 06.06.
"Bangun.. Banguuuuuuuun!"
*creeek*
"Errrgh entar ah, tutup jendelanya silau tauuuuu!"
Bukannya menutup, justru jendela itu kini terbuka semakin lebar. Seluruh kamarku diterangi cahaya matahari kini.
"Udah siang keboooo! Banguuuuun"
"Haha iya iya udah geli tau!" Aku masih sembunyi dibalik selimutku.
'Tunggu? Mama kan ga pernah bangunin aku sambil gelitikin kaki. Cuma Dicky yang biasanya gituin gue' Aku segera membuka selimutku.
"Dickyyyyy!"
'Hah? Ga ada? Errrgh mimpi lagi, mimpi lagi! Hhh' Kataku seraya kembali tidur.
"Ini apa sih narik-narik! Gue pengen tidur! Ngantuk tau ga!"
"Ihhh awaaaaas!"
Aku pun terbangun.
Mencari orang yang sengaja mempermainkanku. Dari arah kanan.
"Ciluuuuk baaaaaaa! Haha keboooooo!"
"Haaaaaa? Dickyyyyyyyyyyyyyyy! Kok bisa ada dikamar gue? Lo udah sembuh?"
"Menurut lo?" Ujarnya dihadapanku.
"Errrrrgh!" Aku memeluknya sekuat tenagaku. Hingga aku dapat mendengar detak jantungnya kini.
"Udaaaah woi! Ini baru ketemu lo. Belom ketemu Maya. Abis deh gue-_-"
"Hahaha lagian siapa suruh jadi orang ngangenin. Iiih" Ucapku mencubit perut Dicky.
"Ih gitu? Gantian Sha, pokoknya gantian :|"
"Ahahaha udah haha udah iya haha ampun-ampun._.V" Ujarku tertawa terbahak-bahak, karena Dicky berhasil menggelitikiku.
"Ehem.. Ehem.." Suara itu berasal dari pintu. Kami menoleh.
"Mayaaaaaaa" Aku dan Dicky berlari untuk sampai ke Maya.
"Gue kangen kaliaaan :(" Ucap Dicky.
Kami berpelukan. Layaknya sawah yang rindu akan petaninya. Kupu-kupu yang rindu pada bunga.
----------
Sekarang aku tau. Tuhan selalu adil. Hanya saja, kalian butuh waktu untuk menunggu turunnya keadilan Tuhan itu. Percayalah dengan apa yang kalian harap. Meski cobaan dan rintangan terus menerpa, jadikan itu suatu motivasi untuk lebih baik. Kelak kalian akan merasakan nya, meskipun semua berawal dari mimpi :)
-
-
-
TAMAT
-
-
-
Created By: @NNGmprasetyo
Visit Our Blog: http://fanaadickysb.blogspot.com
Our Twitter: @ FanaaDicky_SB
ENJOYED! PLEASE Leave the comment. Bad or good :)