Sabtu, 21 Januari 2012

Fan Fiction

Januari 2009

Disepanjang pelajaran berlangsung ia masih saja asyik dengan dunianya sendiri. Dengan hal yang menurutnya seru.
"Hei, lo ngapain diem aja sih? Sambil ketawa-ketawa gitu lagi. Sakit ya lo?" Ucap perempuan yang kini duduk dihadapannya sambil memegang kening pria tersebut.
"Apaan sih lo! Mau tau aja urusan orang!" Jawabnya ketus. Dan langsung meninggalkan ruang kelas.
'Sabar-sabar...' Ujar perempuan itu lirih.
Pria itu masih asyik dengan apa yang digenggamnya. Handphone. Entah ada hal apa didalamnya yang mampu menyihir mata dan hati pria itu. Dicky Muhammad Prasetya. Akrab dipanggil Dicky.
---
"Loh motor gue mana?! Perasaan tadi disini?!" Ucap Dicky kebingungan melihat motor yang baru ia parkirkan tadi pagi tidak lagi berada ditempatnya.
"Taraaaaaaaaaaaaa....." Terdengar suara mengagetkan dari belakang.
"Elo? Ngapain motor gue sih?! Balikin sini! Denger ya! Jangan pernah sekali-kali lo megang barang-barang gue lagi! Ngerti?!" Bentak Dicky tepat dihadapan perempuan itu. Tak berapa lama Dicky pergi. Perempuan itu masih tetap ditempatnya. Mungkin ia sedikit tercengang, mendengar bentakan Dicky tadi.
'Gue tau gue salah. Tapi apa sampe segininya? :(' Ucap perempuan itu dalam hati. Ia tertunduk. Menahan air matanya dalam-dalam.
---------
---------
Februari 2009

Dicky baru saja sampai dimejanya. Ia berhenti sejenak ketika melihat sekotak bekal beserta surat dibawahnya.
'Ky, sarapan dulu ya. Ini gue yang buat lho :) Dimakan ya, kalo suka besok gue bawain lagi. Oke-oke?' Begitulah setidaknya isi surat itu. Dicky membolak-balikkannya, tapi ia tidak mendapati nama si pengirim.
"Ah ini orang tau aja gue laper hihi" Dicky pun segera memakan bekal tersebut. Tanpa memperdulikan siapa dan darimana datangnya makanan itu.
"Yesss dimakan :D" Ucap perempuan itu dari balik kaca kelas Dicky berada.
(Jam Istirahat)
"Dickyyyyyyyy, thanks ya tadi bekelnya dimakan :) Suka gak? Besok gue bawain lagi ya? Tapi la..."
"Jadi? Makanan itu dari lo? Huweeeeeks! Kalo gue tau itu dari lo! Mending gue kelaperan sekalian!" Ucap perempuan itu yang langsung dipotong Dicky.
"Gapapa deh lo marah-marahin gue. Sepuasnya silahkan :) Yang penting besok, besoknya, besoknya lagi dan seterusnya gue bakal tetep buatin lo makanan"
"Eh! Denger ya! Gausah deh lo sok baik didepan gue! Percuma! Hati gue gak bakal luluh! Denger tuh!" Perempuan itu diam. Masih memandangi sosok Dicky yang mulai menjauh.
--------
--------
Maret 2009
Ternyata perempuan itu menepati janjinya. Setiap hati, setiap pagi, ia selalu membawakan bekal makanan untuk Dicky. Namun entah Dicky memakannya atau tidak.
-------
-------
April 2009
'Ini orang gak ada kerjaan atau apa sih! Gangguin orang mulu!' Batin Dicky kesal. Kalian tau apa yang dilakukan perempuan itu? Ya, setiap istirahat bahkan pulang sekolah ia selalu mengikuti Dicky tepat sampai rumahnya. Jelas kalau Dicky terganggu.
-------
-------
Mei 2009
Usaha perempuan itu tidak hanya sampai disitu. Ia masih tetap membawakan bekal setiap pagi, tetap mengikuti Dicky kemanapun ia pergi, bahkan belakangan ini rela menjadi asisten hmm tapi lebih tepatnya 'Pembantu' pribadi Dicky. Tidak disangka bukan Dicky yang menyuruhnya, tapi melainkan perempuan itu sendiri yang memintanya.
-------
-------
Juni 2009
Perempuan itu dengan sabar masih tetap menerima keadaannya. Keadaan yang mengharuskan ia menerimanya. Membawakan semua buku sekolah Dicky, membelikan makanan yang ingin Dicky makan, memang bisa dibilang penyiksaan, tapi toh? Perempuan itu sendiri yang rela menyiksa dirinya. Dicky sama sekali tidak merasa kasihan terhadap perempuan itu. Hal ini berlangsung cukup lama. Namun setelah kejadian hari kemarin, entah mengapa hatinya merasa iba pada perempuan itu, walaupun hanya sedikit.
~FLASHBACK ON~
"Tolong nih bawain buku anak sekelas, dan kerjain semua tugas IPA kita ya, besok udah harus ada dimeja gue, jam 6.30!" Ujar Dicky seraya membanting puluhan buku tepat didepan meja perempuan itu. Ia hanya menerimanya dengan senyuman.
'Mau nih cewek apa sih? Udah gue siksa tetep aja bisa senyum. Heran gue-_-' Kata Dicky dalam hati.
Sepulang sekolah, Dicky dan perempuan itu sama-sama keluar dari gerbang sekolah, berhubung hari itu si perempuan tidak dijemput dengan terpaksa ia pulang sendiri. Sedangkan Dicky memang selalu menaiki angkutan umum. Sekolah mereka terletak dipinggir jalan, dengan halte disebrangnya. Kendaraan sangat ramai siang itu. Membuat perempuan itu harus lebih berhati-hati. Dicky sudah berada diseberang jalan. Sekarang giliran perempuan itu yang menyeberang. Sayang sekali dengan puluhan buku ditangannya ia tidak mampu melihat ke ke dua arah. Dari samping kanan, terlihat mobil yang seketika itu juga akan mampu menabrak sang perempuan.
"Awaaaaaaaaaaaaaaas" Dicky dengan cekatan menarik tangan perempuan itu. Membiarkan buku yang tadi digenggamnya terjatuh. Berserakan dijalan. Terlindas puluhan mobil. Perempuan itu tepat didekapannya sekarang.
"Lo gapapa kan?" Tanya Dicky. Perempuan itu justru hanya menunduk. Masih shock mungkin. Tangannya gemetaran. Dicky merasakan itu
"Udah, jangan takut. Udah selamet kok"
Entah ada angin apa, dengan tiba-tiba Dicky berubah menjadi lembut begitu. Ia menggenggam tangan perempuan itu.
Setelah beberapa menit, keadaan berubah lagi. Dicky dan perempuan itu duduk dibangku halte. Perempuan itu menatap kosong buku-buku yang bertebaran dijalan.
'Tik...' Dicky menoleh. Perempuan itu menangis.
'Nah lho, kenapa dia jadi nangis gini. Aduh.. Kacau.. :S' Batin Dicky.
"Heh?" Ucap Dicky melambai-lambaikan tangan didepan wajah perempuan itu. Ia tetap diam. Beberapa menit kemudian, ia bangun.
"Maaf..." Ucapnya pergi meninggalkan halte.
~FLASHBACK OFF~
------
------
Juli 2009
Perempuan itu menatap laptop dihadapannya. Mengetik sesuatu. Layaknya membuat novel. MAAFKAN AKU, PLEASE?. Judul yang tertera diatasnya. Dari arah pintu, terlihat Dicky mendekat.
"Eh, kenapa pr gue yang kemaren lo kerjain nilainya ancur? Lo sengaja buat gue malu? Iya?" Ujar Dicky.
Perempuan itu diam. Dicky menoleh. Menatap layar laptop itu, namun segera ditutup oleh si perempuan. Tapi Dicky sempat membaca judulnya sekilas.
"Pr apa sih?" Tanya perempuan itu.
"Sejarah"
"Gue kan udah bilang, gue nyerah kalo sejarah. Dan itu kan e..."
"Kenapa lo ga ngomong dari awal? Lo tau ga gue malu dibacain nilai ini didepan kelas!" Ucap Dicky memotong.
"Oke, gue bakal belajar lebih tentang sejarah. Buat lo!" Kata perempuan itu yang segera meninggalkan ruang kelas beserta laptopnya.
------
------
Agustus 2009
Tuhan :(
Sebenarnya aku pusing. Aku lelah. Aku letih. Terus mengabdi padanya. Bukan, bukan karena aku ingin menghindar dari kewajiban. Tapi aku lelah bila ia terus mengekangku seperti ini :( Harus kah aku tetap selalu memasang wajah bahagiaku? Sementara hatiku terus menangis dan berteriak? Aku terima kalau memang dia masih selalu dibayang-bayangi kejadian itu, tapi aku tidak pernah terima kalau dia terus-terusan menyangka akulah dalang dari semua kejadian dulu. Bantu aku Tuhan, menerima semua tanggung jawab Dilipatnya kertas itu, yang kemudian ia selipkan diantara lembar buku hariannya.
"Sayang, kok dikamar terus? Makan dulu yuk, ditunggu papa dibawah:)" Ucap sang mama perempuan itu. Ia beruntung. Mempunyai segala yang sama sekali belum tentu orang lain miliki. Keluarga yang utuh, harta yang tidak akan habis, dan hati yang sangat baik.
Ia segera mengusap air matanya.
"Iya ma, duluan aja. Nanti aku turun :)" Ujarnya.
Ia pun segera menuruni anak tangga untuk menuju ruang makan. Sudah terlihat kedua orang tuanya dari tempatnya berdiri. Ketika ia menginjak anak tangga ke tiga, kepalanya terasa sangat berat. Ia pun memegangi dengan kuat kepalanya, pandangannya mulai memburam. Tapi ia tetap meneruskan langkahnya.
'Bruk...'
Kedua orang tuanya menoleh ke sumber suara. Dilihatnya anak kesayangan mereka tergeletak ditangga. Sang papa dengan sigap mengangkatnya.
"Sayang, sayang.. Bangun sayang, jangan buat mama khawatir :'("
"Ma, apa lebih baik kita bawa kedokter?"
"Iya pa, lebih baik begitu"
"Ma, pa..." Ucap perempuan itu setelah sadar.
"Sayang.. Akhirnya kamu sadar nak :')" Ucap sang mama yang segera memeluk anaknya.
"Ayo pa, kita bawa sekarang. Mama takut dia kenapa-napa" Tambahnya.
"Ma.. Aku gapapa kok, tadi disekolah ada pelajaran tambahan, mungkin gara-gara itu aku kecapean. Aku ga butuh ke dokter kok ma:) Liat aku sehat kan" Ujar perempuan itu seraya menunjukkan tubuh kuatnya.
"Tapi sayang..." Kata Mama.
"Ma, percaya aku kan? Aku sehat kok:)"
"Yaudah, tapi kamu tetep harus minum banyak vitamin ya!" Saran mamanya.
"Ya ma.."

September 2009
Kejadian itu terjadi lagi. Ia kembali terjatuh dengan tiba-tiba. Tapi kali ini ia tidak bisa menolak untuk diperiksa. Dokter masih kurang yakin dengan hasilnya. Dengan begitu, perempuan itu harus menginap dirumah sakit.
-
"Ini orang udah seminggu ga keliatan, apa jangan-jangan dia nyerah? Ah tau deh" Dicky bertanya-tanya dalam hati. Ternyata memang ada yang aneh. Selama seminggu perempuan itu dirawat, Dicky selalu mencari sosoknya baik dikelas, dikantin atau diperpustakaan. Apa mungkin hati Dicky telah luluh?
------
------
Oktober 2009
Setelah seminggu ia dirawat, diperiksa. Akhirnya Dokter menyatakan bahwa ia terserang Radang Otak. Belum berbahaya memang, tapi untuk mengantisipasinya harus cepat-cepat diobati.
-
Perempuan itu mulai mengetik. Sesuatu yang ia karang sendiri.
"Nah itu dia!" Ucap Dicky dari pintu kelas perempuan itu.
"Hei, kemana aja lo? Mau nyerah ya? Mau ngakuin kalo lo itu adalah pe..."
"Stoooop! Kalo belom tau apa-apa, jangan asal ngomong please! Gue itu kemaren abis sa..."
'Tunggu deh, kalo gue bilang abis sakit. Pasti dia kira gue lemah. Dan cari alesan. Boong aja deh'
"Abis apa?" Tanya Dicky.
"Abis ikutan arisan keluarga diluar kota. Ngerti!" Tambah perempuan itu.
"Oh, yaudah lain kali kalo mau pergi bilang-bilang gue dulu!" Ujar Dicky.
"Loh? Kenapa gue mesti bilang? Emang lo siapa gue?"
"Eh, maksud gue ya.. Biar gue, ga repot ngerjain pr sendiri!" Ucap Dicky.
'Kenapa gue tadi bilang gitu sih? Apa maksudnya coba? Kenapa juga gue nyariin dia kemaren-kemaren? Ahhhh!' Batin Dicky seraya keluar kelas.
-----
-----
November 2009
"Ma, emang kenapa sih aku harus tinggal dirumah sakit ini? Bisa kan kita dirumah aja. Aku pengen sekolah ma :'(" Ucap perempuan itu terbaring.
"Sayang, dirumah itu ga menjamin dokter ada setiap saat" Ujar mamanya.
"Tapi, apa iya kalo aku dirumah sakit terus aku bakal cepet sembuh? Enggak kan ma? Sama aja! :( Aku kangen sekolah ma. 2 minggu disini itu bikin otak aku tambah pusing. Please ma, kita pulang aja ya" Bujuk perempuan itu.
"Hhh, mama juga sebenernya kasian sama kamu, tapi... Okelah kita kemasin barang-barang sekarang :D"
"Serius ma? Horeeeee :D" Teriak perempuan itu.
-
Dicky berjalan dikoridor sekolah. Celingukan mencari seseorang. 2 minggu belakangan ini, dimejanya tidak terdapat bekal makanan, disela-sela istirahatnya tidak ada seseorang yang mengesalkan namun menghebohkan, tiap pulang sekolah tidak ada yang harus ia suruh bawakan bukunya. Kemanakah dia?
"Hei Ky, ngapain lo disini? Udah jam pulang sekolah kan" Sapa salah seorang teman sekelas Dicky.
"Eh, iya nih bro gue lagi... Nunggu temen. Iya temen hehe" Jawab Dicky ragu.
"Oh, yaudah gue duluan ya. Bye" Ujar temannya.
"Sip" Kata Dicky sambil mengangkat jempolnya.
"Tunggu deh, bener juga kata dia, ngapain gue disini? Nunggu? Nunggu siapa? Ga mungkin kan gue nunggu dia. Haha enggak lah" Ucap Dicky sendiri.
-
Pagi harinya. Dicky memasuki kelasnya. Ia langsung melihat ke arah mejanya.
"Yes ada! Berarti dia masuk hari ini!" Ucapnya gembira.
-
Istirahat...
Kali ini justru Dicky yang menghampiri perempuan itu di kelasnya.
"Ehem..." Sapanya setelah sampai. Perempuan itu tetap serius membaca bukunya.
"Ehem ehem!" Sapa Dicky sekali lagi lebih keras. Perempuan itu segera menutup buku yang ia genggam.
"Eh, Dicky :) Kenapa? Tumben banget lo kesini. Hehe" Ucapnya berusaha ramah.
"Kemana lagi lo 2 minggu ini? Arisan lagi? Atau sekarang arisan keluar negeri? hihi" Ujar Dicky cengengesan sendiri.
"Hhh, gue kemaren cuma..." Omongannya terpotong.
"Aaaaaa, akhirnya lo masuk juga. Gue kangen banget tau!!! Lo sendiri gimana? Udah sembuh kan? Udah ga bakal dirawat lagi kan? Please gue kesepian duduk sendiri :(" Tutur Shafa teman sebangku perempuan itu yang tiba-tiba datang dan langsung memeluknya.
Beberapa saat hening...
"Hehehe, iya gue udah gapapa kok Shaf :) Maaf ya gue tinggal sendirian :p" Jawab perempuan itu.
Dicky termenung. Ia memerhatikan dua perempuan itu yang sedang bercengkrama.
"Hehe nah gitu dong! Eh ngomong-ngomong gue ganggu ya? Yaudah deh gue keluar dulu ya bye bye:*" Ucap Shafa seraya mencubit pipi perempuan dihadapannya. Lalu keluar kelas.
Hening...
Mereka kemudian duduk. Saling diam.
"Jadi, selama ini lo pergi... Itu... Lo dirawat? Bener?" Akhirnya Dicky membuka percakapan mereka.
"Iya. Sekarang lo tau kan. Tau kalo gue itu cewek lemah. Itu kan yang lo mau?" Jawab perempuan itu.
"Hah? Jadi selama ini lo kira gue nyuruh-nyuruh lo itu karena gue yang mau? Gitu? Lo salah! Emang lo ga inget, siapa duluan yang iseng, siapa duluan yang bikin perjanjian sama gue. Ga inget?" Ujarnya.
"Iya, gue inget. Oke gue minta maaf. Dan gue cabut semua perjanjian kita dulu" Katanya lagi.
"Kenapa? Ga bisa ya?"
"Ehm, siapa bilang? Gue...Gue cuma takut ngerepotin lo aja" Jawabnya.
"Siapa bilang lo ngerepotin gue? Eh..em.. Maksudnya lo emang ngerepotin, tapi seenggaknya gue punya assisten buat dimintain tolong" Ucap Dicky gelagapan.
"Ya apapun alesan lo, gue tetep mau cabut perjanjian gue" Tantang perempuan itu.
"Oke kalo itu mau lo, gue terima. Tapi kalo boleh tau, lo sakit apa? Kenapa sampe berminggu-minggu dirawat? Udah dua kali lagi" Tanya Dicky.
"Ky? Kok lo perhatian banget sama gue? Sampe tau segitunya. Jangan-jangan lo suka ya sama gue? Hayo?" Tebak perempuan itu. Dicky menggaruk-garuk kepalanya, yang padahal tidak gatal.
"Ih apaan sih lo, geer banget. Setiap lo ga masuk kan selalu gue itungin berapa keringet yang harus gue keluarin tanpa lo!"
"Oh gitu toh..." Ucapnya.
------
------
Desember 2009
"Hahaha, enggak gue lucunya waktu dia nunjukin muka kusutnya gitu"
"Hahaha, kalo gue waktu dia mulai ngeluarin air mata tuh, sumpah lucu banget!"
"Wkwkwk kalo gue pas dia lari ke pelukan mama sama papanya itu hahaha"
"Hahaha emang semuanya tuh lucu!"
Terdengar suara perempuan itu dan teman-temanya tepat didepan kelas Dicky. Sepertinya ia terlihat sehat-sehat saja. Sampai...
'Bruuuuk...' Seketika mereka berhenti tertawa, menengok ke arah perempuan itu, yang memang berada dipaling pinggir diantara yang lain.
Dicky memang sejak tadi memerhatikan mereka berempat, segera berlari mengangkat perempuan itu ke UKS.
-
"Errgh, gue... dimana? Pusiiiing" Ucap perempuan itu setelah sadar. Tapi ia tak mendapati jawaban. Ia pun berjalan keluar. Ketika sampai dipintu UKS ia hampir terjatuh, namun Dicky yang ternyata menunggunya didepan UKS, segera merangkulnya.
"Eh..." Ucap Dicky menahan tubuh perempuan itu.
"Lo ngapain bangun? Masih pusing kan?" Tanyanya.
"Enggak, gue udah sehat kok. Ngomong-ngomong temen-temen gue kemana? Kenapa lo yang disini?" Balik perempuan itu.
"Em, gue... cuma males ada pelajaran guru killer. Cari-cari alesan aja" Jawab Dicky.
"Oh gitu"
"Sebenernya lo sakit apa sih? Kok belakangan ini sering pingsan?"
"Ha? Enggak, cuma lagi ga enak badan aja"
"Oh, yaudah. Udah sehat kan? Gue kekelas duluan" Pamit Dicky.
-
'Itu orang sebenernya kenapa sih? Bikin kesel, tapi bikin penasaran juga. Ckck. Apa dia kena penyakit yang sering ditv-tv itu? Tau deh. Kenapa juga gue yang mikirin? Apa gue mulai aaargh, gak mungkin!' Batin Dicky.
"Dicky, sedang apa kamu?" Tegor guru yang sedang mengajar di kelas Dicky. Ia justru masih melamun. Tak mendengar orang didepannya.
"Dicky? DICKYYY!" Akhirnya guru itu memukul meja Dicky dengan penghapus papan tulis. Ia pun tersentak.
"Eh, ibu. Hehe kenapa bu?" Ucapnya gugup.
"Kamu ini! Dari tadi ngapain aja? Ibu ngejelasin bukan didengerin! Keluar kamu, sampai jam pelajaran ibu habis!" Ujar gurunya.
"Tapi bu... I..iya bu" Ucap Dicky berjalan keluar kelas.

Ia berada tepat didepan kelasnya. Perempuan itu dari arah kantin melihat Dicky.
"Nih buat lo :)" Ujarnya seraya memberikan sebotol minuman dingin.
"Eh, makasih" Ucap Dicky menerimanya. Perempuan itu terus berjalan.
"Ih, tumben banget gak gangguin gue!" Dumel Dicky.
--------
--------
Januari 2010
Semua mata di sekolah itu menatap satu sudut. Gerbang sekolah. Diatas kursi roda, terduduk seorang perempuan, yang terkenal sangat ramah, sangat ceria di sekolah itu. Mendorong kursi roda sendirian menuju kelasnya dengan puluhan pasang mata yang memerhatikannya. Sama sekali tidak membuat ia malu, justru ia tetap memasang wajah cerianya kesiapapun yang melihat kearahnya.
"Dickyyyyyy :D" Sapa perempuan itu ketika berpapasan dengan Dicky. Dicky bingung. Ia hanya terdiam memandangi perempuan didepannya.
"Lo kenapa?" Tanya Dicky.
"Hehe gak kenapa-napa, cuma lagi gak kuat jalan aja" Jawabnya.
"Gak mungkin. Ikut gue!" Ajak Dicky yang kemudian mendorong kursi rodanya ke arah belakang sekolah.
(Sesampainya...)
"Please ceritain ke gue, sebenernya lo kenapa!" Pinta Dicky.
"Apa yang harus gue ceritain Ky? Bukannya dulu lo gak pernah mau denger apa yang gue omongin?" Jawabnya.
"Tolong jangan bahas dulu-dulu! Yang sekarang gue mau, jawab pertanyaan gue!"
"Sebelum gue jawab, gue juga mau tanya. Sebenernya kenapa sih, lo gak percaya banget sama gue? Kenapa lo dulu..."
"Oke oke, masih perlu gue jelasin? Lo tau kan, dulu yang lagi deket sama dia terakhir kali itu lo! Dan sebelum itu gue liat lo emang lagi berantem sama dia! So, gak salah dong gue gak percaya lo?!" Jawab Dicky.
"Ky, kenapa  jawaban lo dari dulu itu aja. Emangnya kalo gue yang lagi deket sama lo, trus berantem sama lo, itu berarti gue yang udah..."
"Bunuh lo?!" Lanjutnya dengan raut wajah yang sangat berbeda dari biasanya.
~FLASHBACK ON~
"Deb, Debby tunggu! Dengerin gue dulu! Deb!" Perempuan itu berlari mengejar saudara kembarnya. Ia berdua berhenti.
"Deb, please :( Dengerin gue. Gue juga gak tau kalo dia itu pacar lo Deb :'(" Ucapnya menarik tangan Debby.
"Feb, gue gak akan marah semarah ini sama lo, kalo lo cerita dari awal. Kalo cowok yang lagi deket sama lo itu namanya Dicky!" Ujarnya sedikit membentak.
"Tapi ini kan juga salah kita! Kita yang gak mau nyetujuin acara makan-makan itu!" Ujar perempuan itu yang ternyata bernama Febby.
"Gue... Arrrgh! Biarin gue sendiri!" Kata Debby seraya meninggalkan Febby.
-
Ia masih menangis di kamarnya. Memikirkan bagaimana baiknya untuk ke depannya.
"Sayang... Kenapa sih daritadi nangis terus?" Tanya mamanya.
"Debby bingung ma :'( Ternyata pacar Debby, adalah orang yang lagi deket sama kak Febby. Yang berhasil bikin kak Febby bangkit lagi selama ini :'( Kemaren Debby berantem ma , Debby yang salah-salahin kak Febby :'( Sekarang Debby ngerasa Debby yang egois ma. Seumur-umur Debby jarang banget ngeliat kak Febby sebahagia itu, tapi justru Debby yang ngerusaknya lagi :'( Debby salah ya ma? Debby harus apa ma?" Cerita Debby ke mamanya.
"Sayang, tenangin dulu diri kamu. Jujur mama juga bingung siapa yang salah siapa yang bener, tapi menurut mama itu gak penting. Yang penting sekarang adalah kamu ngerasa gak enak kan kalo diem-dieman sama kakak kamu kayak gini? Jadi kamu harus ngapain?" Ujar sang mama.
"Oke ma. Debby sekarang tau Debby harus apa. Makasih ma sarannya. ILOVEYOU :*" Debby segera mengahpus air matanya dan berlalu keluar rumah.
-
"Udah dong jangan nangis terus, gue kan bingung harus apa. Ditanyain malah tambah kejer. Yaudah lo tunggu disini ya, jangan kemana-mana, gue beli minum disana dulu" Ucap Dicky.
"Iya..." Jawab Febby.
Dilain tempat, Debby masih berlari-lari mencari sosok kakaknya.
"Itu? Kayaknya kak Febby" Katanya menunjuk kearah halte didepan taman.
"Kaaaak Kak febbyyyyyyy" Teriak Debby dari sebrang jalan, sambil menggerak-gerakkan tangan ke atas. Namun sepertinya Febby tidak mendengarnya.
"Kaaaaaaak febbyyyyyyy" Ucapnya lagi seraya menyebrang jalan. Ia kira keramaian siang itu sudah reda. Namun dari arah kanan, sebuah mobil travel melaju dengan kecepatan tinggi, dan tidak dapat dihentikan.
"Kaaaaaaak..."
'Tiiiiiiiiiiin...'
"Aaaaaaaaa"
'Bruk, dreg, bruk'
"Debby? Debbyyyyyy" Teriak Febby mendekat ke arah kejadian.
"Minggir dong, minggir" Ucapnya.
"Deb? Debby bangun Deb. Lo gak boleh tinggalin gue! Urusan kita belom selesai Deb! Debbyyyyy :'(" Tangisnya meneriaki sosok adik kembarnya.
"Uhuuk... Feb, urusan kita udah selesai. Gue ngaku gue salahh..." Ujar Debby.
"Debby! :'( Maafin gue Deb, gue yang salah. Ayo sekarang lo bangun! Kuatin diri lo! Jangan tinggalin gue Deb! :'("
"Kak, :') Gu..gue udah ngaku salah, gu..gue minta maaf. Gue yang udah gang..gu ke..bahagiaan lo. Lebih ba..ik gue, per..gi kan? Gu..e pamit ya. Sa..sakit Feb. Sa..lam bu..at ma..ma, papa, juga Dicky :') Ba...bay" Ucap Debby terbata-bata. Dan saat itu juga ia menghembuskan nafas terakhirnya.
-
Dicky yang menyadari Febby tidak berada ditempatnya tadi segera mencari. Ia penasaran dengan kerumunan orang ditengah jalan tepat didepan halte tadi.
"Misi... Misi" Ucapnya.
"Febby lo ngap... Debby! Lo apain Debby hah?! Deb! Bangun Deb!" Ujarnya memangku seseorang yang ia sayangi. Febby tertunduk lemas. Menangisi adik satu-satunya.
"Ngapain lo semua cuma bengong aja? Bubar semua! Gak ada gunanya!" Dicky mulai menangis. Ia menggerak-gerakkan tubuh Debby. Berharap masih ada jawaban darinya. Tapi sia-sia.
-
"Ma, ini salah aku ma hiks :'( Maafin Febby ma. Maaf :'(" Ucapnya terus-menerus setelah sampai dirumah sakit.
"Enggak sayang, ini emang jalan takdir Tuhan. Mama gak pernah nyalahin siapa-siapa :') Ayo kamu juga jangan sedih terus dong! :)" Mamanya menyemangati.
"Iya ma!" Ujar Febby yang segera menghapus air matanya.
-
Semenjak kejadian itu, sikap Dicky 360 derajat berbeda kepada Febby. Febby terus mencoba menghubungi Dicky. Namun Dicky selalu bisa menghindar. Mulai dari mengganti no handphone dan telepon, berpindah rumah, sampai lost Contact dengannya.
~FLASHBACK OFF~
-
"Gue.. Radang otak Ky"
"Stadium 4 tepatnya" Kata Febby melanjutkan.
Dicky hanya diam. Tetapi dari raut wajahnya saja, menggambarnya bahwa ia cemas, ia takut. Namun ia selalu menutupinya dengan kegengsian.
"Ehm.. Dari kapan?" Tanya Dicky sedatar mungkin.
"Gue juga ga tau, dan ga mau tau. Toh ada atau enggaknya penyakit ini, ga bikin gue susah kan? ;)" Ujar Febby bijak.
'Iya, apalagi semangat lo Feb. Semangat yang selalu bikin gue deg-degkan tiap deket lo. Semangat yang bikin gue ngerasa bersalah sama Debby' Batin Dicky dalam hati.
Keduanya diam. Karena Febby rasa sudah tidak ada lagi urusan dengan Dicky, ia pun membelokkan kursi rodanya. Ketika hendak mendekati gerbang, Dicky memanggil.
"Febby!" Teriaknya. Febby menengok.
"Biar gue yang anter lo pulang!" Tambah Dicky. Senyum itu, dapat terasa dan terlihat oleh Dicky walaupun berjarak lumayan jauh.
-
Februari 2010
Terima kasih Tuhan :') Atas anugerah kuasa-Mu. Sedikit demi sedikit hatinya telah luluh. Aku pinta Tuhan, jaga dia baik-baik, jika kelak aku tidak lagi didunia-Mu. Aku yakin Engkau Maha Adil ;).
'Cesss...'
Sesaat ia panik, mencari tissue di tempat terdekatnya. Mulai membersihkan pakaian, juga buku hariannya yang berlumuran darah.
"Tok..Tok..Tok.. Febby, kamu udah tidur nak?" Tanya mamanya dari balik pintu kamar Febby.
"Eh, be..belom ma. Sebentar" Ucapnya terus membersihkan sampai lantai.
-Clek-
Pintu dibuka. Febby tersenyum menutupi kejadian tadi.
"Ada apa ma?" Tanyanya.
"Gapapa kok :) Duduk yuk" Ajak sang mama.
Ketika mamanya menengok ke arah tempat sampah yang mumbul keluar, ia bingung dan bermaksud membuangnya. Namun Febby melarang.
"Ma, ma jangan dibuang ma" Ucap Febby.
"Loh emang kenapa? Ini udah penuh sayang"
"Itu, ehm ada barang Febby yang kebuang disitu ma hehe" Jawabnya.
"Oh yaudah.. Mama mau siapin makan malam dulu ya, kamu cepet turun"
"Siap ma! :D" Ucapnya kemudian.
------
------
Maret 2010
-Tok.. Tok..Tok..-
"Ya sebentar"
-Clek-
"Eh.. Nak Dicky. Apa kabar sayang? Kok baru keliatan. Ga pernah main kesini lagi :("
"Hehe, iya nih tan. Papa suka pindah-pindah rumah. Jadi jarang main, Febbynya ada tan?" Sapa Dicky ramah ke mama Febby. Mereka dulu memang akrab, tapi karena kejadian itu. Semua berubah.
-
Wajah mama Febby menjadi wajah murung.
"Dari kemarin, Febby dirawat di Rumah Sakit. Keadaannya makin lemah. Tante bingung harus apa. Tante ga mau dua-duanya ninggalin tante"
Air mata mulai membentuk dikedua mata indah mama Febby.
"Dirumah sakit tante? Apa separah itu? Rumah sakit mana? Boleh saya kesana?" Tanya Dicky tak sabaran.
"Dirumah sakit Harapan Kita, no 112. Hati-hati ya Ky. Bilang, nanti tante nyusul" Jawabnya.
"Oke tante, Assalamualaikum :)"
"Wa'alaikum salam"
--
-Clek-
"Siapa?" Tanya suara dari dalam kamar itu.
"Gue" Jawabnya.
"Dicky? Gue.. Gue ga salah liat?!"
"Enggak. Kenapa lo, jadi sakit-sakitan gini?"
"Takdir. Ngomong-ngomong, kita udah baikan nih? Hehe" Canda Febby memecah keheningan saat itu.
"Ehm, buat sekarang iya. Kedepannya gue ga jamin" Jawab Dicky sok jutek.
"Hehe makasih ya"
"Nih buat lo, disimpen ya. Kata nyokap lo, nanti dia nyusul. Gue pamit" Ucapnya lalu pergi.
"Tunggu..." Kata Febby menahan tangan Dicky. Dicky pun berbalik.
"Makasih ya :)" Tambahnya. Kali ini Dicky tidak bisa menyembunyikan senyumnya lagi. Dan ia biarkan dilihat oleh Febby.
"Ya.." Ucap Dicky kembali keluar.
------
------
April 2010
"Haha ganti gaya dong, manyun mulu lo! :p"
"Ye lo juga, senyum mulu! :p"
"Haha gimana kalo kita tukeran? Sekali-sekali lo senyum, sekali-sekali gue manyun?"
"Haha boleh lucu kali yaa"
"Ayoo deh"
1...
2...
3...
-Cekrek-
"Lagi-lagi ketagihan nih haha"
"Haha dasar, gayanya sama ya"
1...
2...
'Kau buat ku gerah-rah-rah-rah ini lebih dari sekedar rasa...' Handphone Dicky berdering, tanda telepon masuk.
"Eh bentar Feb"
'Ih siapa sih, ganggu aja'
"Iya, udah kok. Diatas meja tadi, cari dulu deh. Iya. Bye"
"Hehe sorry ya Feb, kakak gue. Lupa naruh kunci mobil. Lanjut yuk?"
"Ohaha, iya yuk"
Senangnya melihat mereka kembali akur seperti dulu. Dicky.. Febby.. Telah berjanji menutup rapat-rapat masalah mereka dulu, janji mereka dulu. Dicky pun telah benar-benar memaafkan Febby. Walaupun sudah hampir sebulan Febby dirawat dirumah sakit ini, ia sama sekali tidak merasa bosan. Ya, karena seminggu 4x Dicky datang untuk menjenguk, sekaligus menghibur Febby.
"Siap ya, sekarang posenya harus pasang muka jelek masing -masing ya wkwk"
"Ih apa sih? Curang banget haha"
"Kenapa takut ketauan jeleknya ya? haha"
"Enak aja! Gue tuh diapain aja tetep cantik tau! :p"
"Woooo itu sih kata nyokap lo aja haha ayo mulai"
1...
2...
3...
-Cekrek-
Mereka pun melihat hasil foto masing-masing.
"Hahaha, idih Dicky muka lo kenapa gitu sih? Haha"
Pertamanya Dicky ikut tertawa lalu melihat Febby difoto itu, dengan darah dihidung, yang akhirnya menetes ke hasil foto ditangan mereka, membuatnya hening seketika.
"Feb? Idung lo? Bentar" Ucap Dicky yang segera mengambil sekotak tissue dimeja samping tempat tidur Febby.
Ia pun dengan hati-hati mengelap tetesan darah demi darah yang mengalir dari hidung Febby. Terlihat jelas lewat sikapnya itu, bahwa ia sangat takut terjadi apa-apa dengan perempuan yang dihadapannya kini.
"Hehe udah Ky, biar gue aja" Kata Febby menjauhi tangan Dicky.
"Sakit Feb?" Tanya Dicky.
"Enggak kok, kan ada lo disini hihi" Jawab Febby menutupi rasa pusingnya kini.
"Haha bisa aja ya!" Balas Dicky mencubit pipi Febby.
-----
-----
Mei 2010
"Ma, aku kangen Debby. Bisa kita ke makamnya sekarang ma?" Ujar Febby ke mamanya.
"Tapi sayang, kamu kuat?"
"InsyaAllah ma :)" Jawab Febby yakin.
Dengan keadaan yang tiap bulan kian memburuk, dan dengan selang infusan masih menempel dihidung, setelah sang mama meminta izin ke Dokter khusus untuk Febby dan diperbolehkan, ia langsung membawa anaknya ke makam adiknya itu.
"Debby :) Apa kabar lo? Gue kangen tau hehe. Gimana disana enak gak? Nemu Dicky-Dicky yang lain gak?" Ucapnya memeluki nisan bertuliskan 'Debby Armantya Raharja'.
"Oh iya, gue punya berita bagus lho. Gue dan Dicky udah baikan hihi. Gue juga kesini pengen minta restu nih, direstuin ga Deb?" Tambahnya.
"Ehem... Direstuin sama siapa maksudnya?" Ujar suara dibelakang Febby, yang segera mensejajarkan duduk disamping Febby.
"Hehe enggak. Mau tau aja"
"Hhh, elo tuh ya, sakit-sakit masih bisa rahasia-rahasiaan dari gue" Kata Dicky sembari mengacak-acak poni Febby.
"Deb, ternyata kakak lo bawel juga ya. Masa tiap guejenguk, disuruh makaaaaan mulu. Gue jadi bingung, sebenernya yang sakit siapa coba?"
"Haha ga gitu tau Deb. Gue suruh dia makan kan supaya gemukan dikit. Abis ga lucu kan kalo dia sakit, terus gue yang gendong-gendong dia? :p"
"Wkwk, emang lo udah sembuh? Kok boleh kesini?"
"Udah kok :')" Jawab Febby. Sayang sekali, keadaan tubuhnya tidak mendukung untuk membohongi Dicky kali ini.
Dicky ternyata telah menyiapkan sebuah sapu tangan untuk jaga-jaga.
"Kalo mau belajar bo'ong, belajar sama gue dulu ya!" Ucap  Dicky mulai mengelapi darah yang lagi-lagi keluar dari hidup Febby. Saat itu juga, Febby merasakan kepalanya sangat berat, begitu berat, hingga akhirnya membuat ia tak sadarkan diri dipangkuan Dicky.
-----
-----
Juni 2010
Febby masih mampu bernafas, berbicara, melihat, namun tidak untuk berjalan. Beberapa bagian otaknya seakan menyuruh cuti kakinya untuk saat ini.
"Eh.. Kaki gue bangun dong! Udah jam berapa ini?!" Ucapnya membangunkan seorang laki-laki yang tertidur dipinggir kasurnya.
"Errgh iya" Kata Dicky seraya mengucek-ngucek matanya.
"Eh tadi lo panggil gue apa?" Tambahnya.
"Kaki hihi"
"Maksudnyaaaaa?-_-"
"Kan tadi malem lo bilang, lo bersedia jadi kaki gue, kalo gue ga bisa jalan"
"Ya tapi ga gitu juga Feb!" Ujarnya menggetok halus kepala Febby.
"Ya maap, ke tempat Debby yuk Ky. Gue males disini terus!" Ajak Febby.
"Tapi kan.. Gue belom mandi. Gimana kata Debby nanti?"
"Udah, mau mandi atau ga lo pasti tetep ganteng dimata Debby. Ayoo" Ajak Febby manja.
"Iya udah. Ayo" Ucap Dicky sambil membalikan dan membungkukkan sedikit tubuhnya untuk menggendong Febby sampai ke mobil.
-
Di makam...
"Deb, kenapa sih kakak lo yang bawel ini sering ngajak kesini? Ada apa-apa ya lo berdua? :p"
"Haha, kalo Debby ada disini dia pasti udah getok kepala lo deh! Iya gue ngerasa tenang aja Ky disini. Adem... Lebih adem dari rumah gue ataupun rumah sakit" Ucap Febby menatap langit-langit.
Dicky mengeryitkan dahinya.
"Maksud lo?"
"Eh hehe engga kok".
"Feb..."
"Ya?"
"Feb..."
"Iya?"
"Febby..."
"Iyaaa?!"
"Feb..."
"Apa DICKY?!" Tanya Febby memelototi Dicky.
"Disini dingin ya hehe"
"Udah? Cuma pengen ngomong itu?"
"Ehm.. Iya hehe" Jawab Dicky gugup.
Beberapa saat hening.
"Deb, sebelumnya gue minta maaf dan minta restu ya. Minta izin juga deng. Buat jagain kakak lo, selama-lamanya. Boleh gak?" Tanya Dicky serius ke arah tumpukan tanah didepannya.
Febby menoleh ke Dicky, namun tetap diam.
"Gue pengen selalu ada disamping kakak lo, jagain kakak lo, boleh ya? :D" Tanyanya lagi.
"Ky, maksud lo ap..."
"Ssst, didepan makam adek lo.. Yang juga mantan pacar gue, gue pengen bilang kalo... Gue sayang sama lo Feb! Lo mau ada disamping gue selamanya ga?"
Febby melongo. Darah itu mulai keluar lagi dari kedua hidung gadis cantik dihadapan Dicky kini.
"Tapi Ky.. Lo kan tau umur gue..." Kata Febby menunduk.
"Ga lama lagi? Lo udah sering bilang begitu, tapi apapun gimanapun keadaan lo. Gue pengen selalu ada disamping lo, jagain lo, lindungin lo, perhatiin lo" Ucap Dicky memegangi wajah Febby dan mengelap darah itu dengan tangannya.
"Gue.. Gue takut lo kecewa!"
"Ga ada yang perlu dikecewain, lo percaya kan gue sayang sama lo?"
"Iya gue percaya tapi..."
"Tapi apa?" Febby benar-benar membuat Dicky penasaran.
"Tapi sayangnya gue... Ga bisa nolak! :p hehe" Jawab Febby yang langsung mampu membuat senyum Dicky mengembang.
"Deb, kakak lo tuh ya bener-bener deh, bikin geregetan! xp"
Terlihat jelas diantara keduanya, semangat cinta itu. Saling berhadapan, menatap satu sama lain, Dicky pun mendekatkan wajahnya. Bibirnya menyentuh bibir Febby sesaat.
"Dicky ih! Malu tau sama Debby! :p" Ujar Febby merona.
"Hehe gapapa kan ya Deb?" Ledek Dicky.
"Tapi Ky, kalo emang bener umur gue ga panjang. Gimana?"
"Hussst, kenapa sih ngomongnya gitu terus! Ya kalo emang umur lo ga panjang, seenggaknya gue udah berhasil jagain lo, dan dapetin lo :p"
"Ih gitu nih?" Ucap Febby mencubit lengan Dicky.
"Hehe enggak sayang.." Kata Dicky mengacak poni gadis yang telah menjadi miliknya kini.
"Jangan nakal ya, kalo gue udah ga ada! Cari Febby-Febby lain yang lebih baik dari gue. Okeee?" Tanya Febby meyakinkan.
"Iyaaaaa, Mrs. Bawel :p" Ledek Dicky lagi.
"Janji ya?"
"Iyaaa" Jawab Dicky yang sudah berada dipelukan Febby.
"Feb.."
"Ya" Jawab Febby lemas.
Beberapa saat setelah itu, pelukan belum juga ia lepaskan. Namun suara gadis itu pun tidak terdengar lagi. Dicky spontan khawatir. Ia segera memangku Febby.
"Ya Tuhan... Apa secepat ini? APA SECEPAT INI TUHAN? :'( Feb, kita kan belum jalan-jalan, foto-foto, ngedate, tunangan, nikah, ngasuh anak... Kenapa lo pergi secepat ini? :'( Lo tau kan Feb, belajar ikhlas itu susah! Lebih susah daripada nyelesain masalah kita. Gue ga bisa berbuat apa-apa lagi. Thanks buat semuanya Feb, udah buat hidup gue lebih berwarna, buat hati gue selalu bahagia disamping lo. Titip salam ya buat Debby J Dari PACAR lo, Dicky" Ujarnya masih memangku Febby, yang entah jiwanya kemana sekarang. Yang ia tau, sekarang, besok atau selamanya tidak akan mampu merubah perasaannya terhadap Febby.
------------
Januari 2012
Ia pun menutup buku dipangkuannya. Mengaduk dan meresapi rasa teh didepan mejanya.
"Den, ada tamu..."
"Siapa bi?"
"Tuan Bisma..."
"Suruh masuk ya bi :)"
"Ya Den..."
-
Ia kembali memandangi sudut demi sudut buku itu.
"Hei bro! :D Masih kusut aja itu muka" Sapa Bisma ketika memasuki kamar pria ini.
"Yah lo, masih rese aja muka lo :p" Ledek pria ini yang ternyata Dicky.
"Coba gue liat.." Bisma mencomot buku yang tadi digenggam Dicky.
"Penerbit... Febby. Penulis naskah... Febby" Bisma mulai membaca halaman pertamanya.
"Jadi namanya Febby bro?"
"Iya.."
"Ehm, daripada ngendek disini aja. Ikut gue aja yuk Ky. Cari lagi yang baru. Move on lah move on~" Ucap Bisma menepuk kedua pundak Dicky.
"Susah bro! Tapi coba deh ;)" Jawabnya.
"Nah gitu dong, dimulai dari mana neh?" Tanya Bisma menggandeng pundak Dicky dan berjalan keluar.
"Terserah :D" Jawab Dicky yakin.
---------
TAMAT!

1 komentar:

  1. Aku suka nih FF nya. Meskipun ceritanya tentang cewek yg sakit, tp ga terlalu melebihkan. Apalagi end nya.
    Tapi masih kurang ngerti di bagian buku yg di baca Dicky di bagian akhir. Kapan Febby nulis nya ya??
    Over all, udah cukup bagus dan mengharukan. Do well yaa :D

    BalasHapus